Senin, 30 Mei 2011

ISOLASI MIKROORGANISME SELLULOTIK

PENDAHULUAN

Latar belakang

Baik secara langsung maupun tidak langsung, bahan buangan dari manusia dan hewan, jasad mereka, serta jaringan tumbuh-tumbuhan, dibuang atau dikubur dalam tanah. Setelah beberapa lama, bahan-bahan tersebut berubah menjadi komponen organik dan beberapa komponen anorganik tanah. Perubahan-perubahan ini dilakukan oleh mikroorganisme yaitu perubahan bahan organik menjadi substansi yang menyediakan nutrien bagi dunia tumbuhan. Tanpa aktifitas mikroba maka segala kehidupan di bumi ini lambat laun akan terhambat (Pelzar, dkk, 1988).

Mikroorganisme terlibat dalam dekomposisi bahan-bahan organik adalah bakteri, aktinomisetes dan fomi. Mikroorganisme dalam mendekomposisi bahan organik mengeluarkan enzim yaitu suatu substansi protein yang bertanggungjawab terhadap dekomposisi dengan cara mengurangi aktifitas energi senyawa-senyawa tertentu yang diperlukan untuk memecah ikatan-ikatan bahan-bahan organik atau (lingkungan alami) (Yulipriyanto. 2000).

Sellulosa, seperti tepung, merupakan suatu polimer suatu glukosa. Berhubungan dengan struktur fisiknya yang spesifik dan ketahanannya pada kebanyakan enzim dan bahan-bahan reaksi kimiawi, bagaimanapun juga sellulosa menimbulkan beberapa masalah yang berbeda sebagaimana halnya kalau kita memperlihatkan dekomposisi dalam tanah dan kompos. Sellulosa menunjukkan suatu bentuk senyawa kimiawi terpisah (tunggal). Sehubungan dengan perbedaan-perbedaan dalam sifat/keadaan berbagai kotoran penyerta, sellulosa dari sumber yang berbeda dapat memperliharkan dengan jelas perbedaan sifat-sifat fisiknya (Sutedjo, dkk, 1996).

Tiap sel hidup mengandung enzim ratusan banyaknya. Di dalam biji-bijian kita dapati bermacam-macam enzim di dalam keadaan yang paling lengkap. Tidak semua sel mengandung jumlah dan jenis enzim yang sama. Ada enzim yang selalu terdapat dalam setiap sel, misalnya enzim-enzim pernafanasan. Adapula enzim-enzim yang hanya terdapat dalam jaringan-jaringan atau alat yang tertentu saja. Kebanyakan enzim itu terdapat di dalam protoplasma, sedikit benar yang terdapat di dalam sel (jaringan) lainnya (Dwidjosaputro. 1980).

Pertumbuhan mikroorganisme tergantung dari tersedianya air. Bahan-bahan yang terlarut dalam air, yang digunakan mikroorganisme untuk membentuk bahan sel dan memperoleh energi adalah bahan makanan. Tuntutan berbagai mikroorganisme yang menyangkut susunan larutan makanan dan persyaratan lingkungan tertentu, sangat berbeda-beda. Oleh sebab itu diperkenalkan banyak resep untuk membuat media di laboratorium untuk mikroorganisme (Schmidt, 2000).

Tujuan percobaan

Adapun tujuan percobaan yaitu untuk mengetahui cara mengisolasi mikroorganisme sellulotik dan mengukur kemampuan mikroorganisme sellulotik tersebut mendekomposisi sellulosa melalui uji kadar gula.

Kegunaan percobaan

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal tes di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Sub Ilmu Tanah Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Tinjauan pustaka

Isolasi

Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya pada media padat kerena dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menggores cawan. Tujuan utama dari penggoresan cawan ini adalah untuk menghasilkan koloni-koloni bakteri yang terpisah dengan baik dari substansi sel yang pekat. Selama inokolasi, kumpulan-kumpulan sel pada permulaan penggoresan akan membentuk koloni yang berjalan bersamaan, tetapi setelah goresan berlangsung lebih jauh maka sel sel yang tertinggal dalam tetesan-tetesan yang terbawa oleh jarum makin sedikit (Wiryanto, 1999).

Skriny

Teknik somaklonal menunjukkan janji untuk digunakan oleh ahli genetik dan pemulia dalam beberapa aspek tugas-tugas mereka. Sistem kultur menciptakan dengan mudah pekerjaan skriny dan seleksi untuk berbagai karakter yang ada (Nasir, 2002).

Mikroorganisme sellulotik

Organisme yang mengambil energinya dengan cara fotosintesis atau dengan cara mengaoksidasi senyawa-senyawa anorganik dapat memanfaatkan CO2 sebagai sumber karbon utama. Organisme C/Ototrof ini mereduksi CO2. Semua organisme lain mendapatkan karbon sel dari nutrien organik. Yang tersebut terakhir ini pada umumnya merupakan sumber karbon maupun sumber energi, zat-zat ini sebagian terasimilasi ke dalam substansi sel dan sebagian dioksidasi untuk memperoleh energi. Zat-zat alamiah yang terbanyak terdapat di bumi ini adalah polisakarida sellulosa dan pati. Komponen bangun monomer dari senyawa-senyawa polimer ini adalah glukosa, yang mampu dimanfatkan oleh banyak miikroorganisme. Tetapi juga semua zat organik lain yang terbentuk secara alamiah diolah dan diuraikan oleh mikroorganisme (Smith, 2000).

Sellulosa ialah glukosa yang banyak terdapat di dalam tubuh tumbuhan; zat ini merupakan kostituen pokok tiap-tiap dinding sel. Satu molekul sellulosa dapat dibayangkan sebagai suatu pitaran kain paling sedikit 1000 molekul glukosa.

Hidrolisin dengan pertolongan enzim sellulase menghasilkan disakarida sellobiosa. Sellulosa tidak dapat dicerna oleh alat-alat pencernaan mamalia, pula zat ini tidak larut di dalam air maupun di dalam zat pelarut organik. Beberapa jenis bakteri, jamur dan beberapa invertebrata seperti Termitidae (rayap) memiliki enzim sellulase, sehingga mereka itu dapat mencerna sellulosa (Dwidjosaputro, 1980).

Hampir tidak terbatas jumlah medium biakan yang dapat digunakan untuk menumbuhkan jamur dan bateri patogenik tumbuhan. Beberapa di antaraya bersifat sintesis sama sekali/terbuat dari senyawa kimia tertentu dengan takaran yang jelas dan biasanya sangat spesifik terhadap patogen tertentu. Beberapa di antaranya berupa cairan atau semi cair yang khusus digunakan untuk pertumbuhan bakteri tetapi juga untuk jamur pada kasus-kasus tertentu. sebagian besar medium mengandung ekstrak bahan alami berupa karbohidrat dan hara lain dan ditambahkan ada untuk memadatkan media prmbentuk jel sehingga patogen tumbuh serta dapat dilihat (Adrios, 1996).

Mekanisme pembongkaran sellulosa oleh mikroorganisme, sama sekali tergantung atas sifat/keadaan organisme dan kondisi-kondisi dikomposisi. Bakteri aerobik dan cendawan membongkar sellulosa dengan sempurna dan hanya menghasilkan CO2, pigmen-pigmen tertentu, sejumlah substansi (zat) selmikrobial. Sekitar sebanyak 30-40% dari sellulosa yang dipecah/dipisahkan oleh organisme pemisah (dekomposing organism) diubah ke dalam bahan sel. Media yang lembab sangat baik bagi pertumbuhan cendawan berfilamen dan bagi bakteria aerobik pendekompos sellulosa (Sutedjo, 1996).

Kemampuan bahan terdekomposisi tergantung keadaan fisik atau komposisi. Laju pelapukan juga tergantung faktor lingkungan. Faktor lain yang membantu laju dekomposisi yang optimum adalah pH tanah, kelembaban, temperatur, nutrisi yang cukup. Tahap-tahap proses dekomposisi yaitu pada tahap awal, bahan organik dikolonisasi dengan cepat oleh bakteri yang tumbuh cepat, sementara fungi memangsa bahan-bahan organik tersebut melalui cairan. Pada tahap akhir bahan organik yang telah didekomposisi menjadi sulit dikenali, lebih menyerupai substansi humik, berwarna hitam. Seluruh organisme pada semua tahap dekomposisi mengeluarkan energi dari karbon, sebagai panas dan CO­­2. Dengan demikian massa organik sisa berkurang, dan unsur-unsur penyusunan bahan organik berangsur-angsur kembali ke bentuk anorganik (Yulipriyanto, 2000).

Selama pertumbuhannya dalam media kultur: Calcarisporium dapat pula diinfeksi oleh panas. Trichoderma viride, yang menghasilkan antibiotik pelemah fungi inangnya sebelum diinfeksi. Hal ini merupakan suatu hal yang unik karena umumnya mikoparasit lain membutuhkan asosiasi inang-parasit yang lebih intim. Sebelum memulai infeksi, Trichoderma ini menginfeksi melalui dua mekanisme (Hanafiah, dkk, 2005).

Hanya ada beberapa lingkungan di bumi ini yang mengandung sedemikian banyak macam ragam mikroorganisme seperti yang terkandung dalam tanah subur. Bakteri, cendawan, algae, protozoa, dan virus secara bersama membentuk kumpulan mikroorganisme yang dapat mencapai jumlah total sampai bermilyar. Keanekaragaman yang luas flora mikroba tersebut merupakan masalah di dalam setiap usaha untuk menghitung populasi total (Pelczar, dkk, 1988).

Di sana banyak jamur sellulotik, seperti aspergillus sp, tapi lebih banyak lagi bakteri sellulotik, meskipun actinomycetes seperti Streptomyces sp memproduksi sellulosa. Sellulosa tidak enzim sederhana tapi sebuah enzim yang mengandung sellobiosa (Wood, 2005).

Bahan dan metode

Tempat dan waktu percobaan

Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Sub Ilmu Tanah Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada hari selasa 12 april 2011 pukul 12.00 WIB –selesai.

Bahan dan alat percobaan

Adapun bahan yang digunakan yaitu:

- Media tumbuh (PDA,Czapk, Asparagine, dan mandel dan rese)

Fungsi: sebagai media tumbuh organisme

- Jamur Trichoderma sp

Fungsi: sebagai mikroorganisme sellulotik yang ditambahkan pada media tumbuh

- Coper reagent (A)+ coper reagent (B)

Fungsi: sebagai larutan yang digunakan untuk mengukur aktifitas enzim sellulotik

- Arfenolmolybdate

Fungsi: sebagai larutan untuk indikator dan pewarnaan dari nattan sebelum dibaca

- Analar anhydrous glucose

Fungsi: sebagai karbon atau gula untuk pertumbuhan mikroorganisme

- Asam denzoat/0,2%

Fungsi: sebagai senyawa aromatik pelengkap media glukosa

- Air aquades

Fungsi: sebagai pelarut

- Kapas

Fungsi: sebagai penutup botol media

- Aluminium foil

Fungsi: sebagai penutup mulut erlemeyer yang berfungsi sebagai media isolasi

- Tissue

Fungsi: sebagai pembersih

- Kertas saring steril untuk diperkaya

Fungsi: sebagai alat penyaringan (sterilisasi)

- 1% methiolate

Fungsi: sebagai pemisah antara nattan dan super nattan

- Label nama

Fungsi sebagai penanda perlakuan

- Kentang berbentuk dadu

Fungsi: sebagai bahan pembuat media

- Dextrose

Fungsi: sebagai campuran pembuatan media PDA

- Agar

Fungsi: sebagai pemadat media PDA

- Air

Fungsi: sebagai bahan pelarut

Adapun alat yang digunakan yaitu:

- Petridish steril

Fungsi: sebagai wadah bahan

- Pipet steril

Fungsi: sebagai alat bantu pengambilan larutan

- Erlemeyer 250 ml

Fungsi: sebagai wadah larutan

- Sentrifuse

Fungsi: sebagai alat pemisah nattan dan super nattan

- Inkubator

Fungsi: sebagai alat inkubasi media dan lain-lain

- Autoklaf

Fungsi: sebagai alat sterilisasi bahan dan alat lainnya

- Spektrometer

Fungsi: sebagai alat pengukur aktifitas enzim sellulase

- Deakerlgass

Fungsi: sebagai wadah larutan

- Hot plate

Fungsi: sebagai alat pemanas

- Flasks

Fungsi: sebagai wadah media

- Rotaryshaker

Fungsi: sebagai alat penggojong (pengaduk media otomatis)

- Kulkas

Fungsi: sebagai tempat penyimpanan larutan

- Labu ukur

Fungsi: sebagai wadah pembuatan larutan standar

- Water bath

Fungsi: sebagai alat perebus tabung (sterilisasi)

- Timbangan analitik

Fungsi: sebagai penimbang (alat ukur berat bahan)

- LAF

Fungsi: sebagai tempat transfer dan pekerjaan steril

- Pengaduk

Fungsi: sebagai alat memasak bahan-bahan

- Panci

Fungsi: sebagai alat mencampurkan dan memasak media

- Pisau

Fungsi: untuk memotong kentang

Prosedur percobaan

I. Pembuatan media untuk mengisolasi mikroorganisme sellulotik

- Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan.

- Dituang sebanyak 100 ml pada setiap 250 ml erlemeyer.

- Ditutup dengan kapas dan aluminium foil.

- Di autoklaf pada 121oc selama 20 menit.

- Disterilkan kertas saring digantung dalam erlemeyer yang berisi media yang telah disterilkan dengan cara sebagian dari kertas saring tercelup dalam media (dalam LAF).

- Setelah satu minggu inkubasi (pada temp 28oc+ 2oc, kertas saring dan 10 ml broth dipindahkan ke dalam media yang baru dan telah diautoklaf.

- Diulangi langkah sebelumnya sebanyak 5 kali pada proses pemerkayaan sudah cukup untuk menanam mikroba pada media standar.

- Dipurisitasi jamur dan disimpan dalam agar miring.

- Diidentifikasi koloni jamur tersebut.

II. mempersiapkan enzim untuk mengukur aktifits enzim sellulase

- disiapkan media.

- Ditimbang bahan masukan ke dalam wadah deaker, aduk hingga rata. Jika bahan masih mengendap lakukan pemanasan di atas hot plate atau kompor gas.

- Dituangkan sebanyak 100 ml medium kepada setiap 250 ml flasks, diautoklaf pada temperatur 121o c selama 20 menit.

- Diinokulasikan mikroorganisme yang mau diseleksi.

- Ditutup rapat klaf dan diletakkan di atas rotaryshaker (kecepatan 180 rpm) dan diinkubasi pada 30oc+ 1oc.

- Dipindahkan 20 ml sempel secara accepted.

- Disentrifus pada 5000 rpm selama 40 menit pada temperatur ruang.

- Ditambahkan 1% metiolate (1 ml/100 ml ekstrak yang harus disimpan dalam kulkas untuk menghindari kehilangan aktivitas enzim yang cukup besar. Super nattan digunakan sebagai enzim mentah untuk mengukur aktifitas sellulase.

III. Prosedur mengukur enzim sellulase

- Diambil 2,0 ml larutan enzim, masukkan 18 ml 1% carbosymethyl sellulece dalam buffer sitrate.

- Phosphate nclivaime’s (pH 6,0). Setelah diinkubasi campuran reaksi pada temperatur 40o c selama 60 menit.

- Dibuat larutan standar. Buat lanjutan stok 10 mg glukosa/ml, dengan cara melarutkan 1g analar unhydrousglucosa dalam 100 ml asam benzoat 0,2% dalam labu ukur. Ambil 0; 0,25; 0.50; 0.75; 1,00; 1,25; 1,50 ml dari larutan stock di atas dan masukkan ke dalam labu ukur 100 ml yang terpisah dan penuhkan hingga tanda dengan asam benzoat 0,25%, dan akan menjadi standar 25; 50; 75; 100; 125 dan 150 mg glukosa + ml.

- Ditambahkan tiap 1 ml konsentrasi glukasa dengan 2 ml campuran copper alkaline.

- Direbus tabung berisi cairan standar selama 20 menit dalam waterbath.

- Didinginkan tabung tersebut dan ditambahkan 2 ml larutan arsvenol moletdath pada setiap tabung. Gojok, larutan akan berwarna biru dan berbuih.

- Dilarutkan cairan di atas dengan 25 ml air destilasi dan warna biru akan dibaca dengan menggunakan spektrometer.

- Digambarkan kurva standar dengan sumbu x adalah 0,5d dan sumbu y adalah konsentrasi glukosa.

- Dihitung kadar gula dari santo, yang menunjukkan aktifitas enzim sellulase.

Hasil dan pembahasan

hasil

Larutan standar


Trasmittan (T)


A

0


100


0

25


94


0,0268721464

50


92


0,0362121727

75


90


0,0457574906

100


83,4


0,0788339494

125


73


0,13667714

150


70


0,15490196


Perhitungan

Rumus: A=-log t/100

Larutan standar 0 A=-log100/100

=-log1

= 0

Larutan standar 25 A=-log94/100

=-log0,94

= 0,0268721464

Larutan standar 50 A=-log92/100

=-log0,92

= 0,0362121727

Larutan standar 75 A=-log90/100

=-log0,90

= 0,0457574906

Larutan standar 100 A=-log83,4/100

=-log0,834

= 0,0788339494

Larutan standar 125 A=-log73/100

=-log0,73

= 0,13667714

Larutan standar 150 A=-log70/100

=-log0,70

= 0,15490196

Jenis


nilai


Fungsi: y=0,103x-0,009

Aktifitas enzim trichodarma sp


1,5


Y=0,103 (1,5)- 0,009=0,1455


Pembahasan

Dari hasil percobaan diketahui bahwa nilai absorben terus mengalami peningkatan pada tiap kenaikan volume larutan standar. Seperti pada larutan standar 25 ml dengan transmittan 94, diperolehlah nilai absorben sebesar 0,0268721464. Hal ini menunjukkan bahwa aktifitas enzim sellulase yang dihasilkan oleh mikroba trichodarma sp semakin tinggi seiring dengan peningkatan konsentrasi larutan dan tingginya kemampuan dari mikroba itu sendiri. Hal ini sesuai dengan literatur Sutedjo (1996) yang menyatakan mekanisme penmbongkaran sellulosa oleh mikroorganisme, sama sekali tergantung atas sifat/keadaan organisme dan kondisi-kondisi dikomposisi. Media yang lembab sangat baik bagi pertumbuhan cendawan berfilamen dan bagi bakteria aerobik pendekompos sellulosa.

Dalam kegiatan ini mikroba trichodarma sp ditumbuhkembangkan dalam suatu tempat (media) dan diisolasi dari jenis mikroba lainnya. Hal ini dimaksudkan agar dalam kegiatan ini hanya aktiftas perombakan trichodarma sp saja yang diketahui dan dihitung. Oleh sebab itu media tumbuh pun disesuaikan dengan jenis mikrobanya. Hal ini sesuai dengan literatur Wiryianto (1999) yang menyatakan prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya pada media padat kerena dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya.

Dalam pengisolasian jamur ini digunakan media tertentu berupa media cair atau semi cair yang berisi (mengandung) nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroba. Seperti media PDA, Czapek dan lain-lain. Media ini mengandung jumlah takaran yang sesuai dan memiliki glukosa sebagia sumber karbon dari jamur tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Adrios (1996) yang menyatakan hampir tidak terbatas jumlah medium biakan yang dapat digunakan untuk menumbuhkan jamur dan bateri patogenik tumbuhan. Beberapa di antaraya bersifat sintesis sama sekali/terbuat dari senyawa kimia tertentu dengan takaran yang jelas dan biasanya sangat spesifik terhadap patogen tertentu. Beberapa di antaranya berupa cairan atau semi cair yang khusus digunakan untuk pertumbuhan bakteri tetapi juga untuk jamur pada kasus-kasus tertentu.

Dalam percobaan ini digunakan arvenal molicbath yang menyebabkan larutan standar berubah menjadi warna biru. Hal ini digunakan untuk kegiatan skriny dan agar pembacaan pada lebih mudah dan semakin jelas sehingga karakter atau sifat serta aktifitas mikroba tersebut dapat diidentifikasi. Hal ini sesuai dengan literatur Nasir (2002) yang menyatakan teknik somaklonal menunjukkan janji untuk digunakan oleh ahli genetik dan pemulia dalam beberapa aspek tugas-tugas mereka. Sistem kultur menciptakan dengan mudah pekerjaan skriny dan seleksi untuk berbagai karakter yang ada.

Dari hasil diketahui pula bahwa laju dikomposisi trichodarma sp sangat tinggi. Hal ini secara langsung dipengaruhi oleh nutrisi atau komposisi media hingga faktor eksternal seperti temperatur. Di samping itu pH yang diatur pada media hingga larutan lainnya juga mempengaruhi enzim sellulosa yang dihasilkan oleh mikroba tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Yulipriyanto (2000) yang menyatakan kemampuan bahan terdekomposisi tergantung keadaan fisik atau komposisi. Laju pelapukan juga tergantung faktor lingkungan. Faktor lain yang membantu laju dekomposisi yang optimum adalah pH tanah, kelembaban, temperatur, nutrisi yang cukup.

Dalam kegiatan ini enzim sellulosa mengubah sellulosa dengan cara menghidrolisi zat tersebut menjadi turunan sellulosa lebih sederhana. Beberapa mikroorganisme tersebut memiliki kemampuan untuk melakukan itu lebih baik. Hal ini sesuai dengan literatur Dwidjosaputro (1980) yang menyatakan Hidrolisin dengan pertolongan enzim sellulase menghasilkan disakarida sellobiosa. Beberapa jenis bakteri, jamur dan beberapa invertebrata seperti Termitidae (rayap) memiliki enzim sellulase, sehingga mereka itu dapat mencerna sellulosa.

Kesimpulan dan saran

Kesimpulan

1. Data aktifitas enzim tertinggi terdapat pada kelompok dua senilai 1,9, sedangkan data terendah terdapat pada kelompok 5 yaitu 1,2.
2. Media yang digunakan dalam percobaan yaitu media PDA yang sesuai dengan pertumbuhan jamur.
3. Laju absorben mengalami peningkatan dipengaruhi oleh faktor seperti pH, temperatur, dan kelembaban.
4. Dalam skriny, digunakan arvenol molecbath sebagai larutan larutan pemberi warna pada nattan.
5. Nilai aktifitas enzim sellulosa oleh trichodarma sp sebesar 1,5 dengan nilai absorben yang terus meningkat.

Saran

Pada saat pembacaan sprektrometer (transmittan) sebaiknya dilakukan secara teliti agar tidak terjadi kesalahan pembacaan.














DAFTAR PUSTAKA

Avrios, G.N. 1996. Ilmu penyakit tumbuhan. Penerjemah: Busnia, N. Gajahmada University Press, Yogyakarta.

Dwidjosaputro. D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.

Hanafiyah, K. A; I Anas; A. Napoleon; N. Ghoffar. 2005. Biologi Tanah: Ekologi & Makrobiologi Tanah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Wiryanto, K. 1999. Mikrobiologi: Menguak Dunia Mikroorganisme. YRAMA Widya, Jakarta.

Nasir, N, 2002. Bioteknologi Molukeler: Teknik Rekayasa Genetik Tanaman. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Felzar, N. J; E.C.S. Chan; N.S. Felzar. 1988. Dasar-Dasar Mokrobiologi. Pemerjemah: R.S. Hadi Oetomo; Imas;S.F. Tjitrosomo; S.L. Angka. Ui press, Jakarta.

Schanidt, K. 2000. Mikrobiologi Umum. Penerjemah: R.M.T. Baskoro. Gajahmada University Press, Jakarta.

Sutedjo,N.M; A.G. Kartasapoetra; S.Satroatmojo.1996. Mikrobiologi Tanah. Penerbit Trinika Cipta, Jakarta.

Wood,N. 2005.Enviromental Soil Biology. Second Edition. Belackie Akademic & Professional. An Inprint Of Chatman & Hall, London.

Yulipriyanto, H. 2000. Biologi Tanah Dan Strategi Pengelolaannya. Graha Ilmu, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar